ulah baris dari sebuah iklan layanan masyarakat yang tayang di Kompas Jawa Timur Jumat 19 Oktober 2007. Teks yang mendahului tagline tersebut adalah penjelasan mengenai sejarah gedung yang dulu bernama “Del Algeemene Verzekerings Maatshcapij”. Perancang eksterior gedung itu adalah Jan Toorop. Selesai merancang eksterior gedung itu, Jan Toorop kembali ke Belanda dan menjadi seniman besar Art Nouveau.
Gedung itu terletak di Jalan Jembatan Merah Surabaya dan kini ditempati oleh sebuah perusahaan konstruksi PT. Metalco di Kantor.
Pernah pada sebuah siang yang terik, saya bersama seorang kawan berkesempatan mengunjungi sebuah gedung di sebelah gedung yang menjadi model iklan layanan masyarakat Kompas tersebut.
Hanya ada seorang ibu yang menyambut kedatangan kami. Mungkin karena gedung itu terlalu sering difoto atau jadi obyek wisata, ibu itu mengajak kami masuk dan mempersilakan kami mengambil gambar.
Dengan keramahan seorang pemandu wisata, dia menjelaskan kepada kami sejarah kepemilikan gedung itu. Dari penjelasannya, jelas sekali bahwa gedung itu berganti pemilik pada masa perusahaan-perusahaan asing Belanda dinasionalisasi oleh pemerintah Indonesia, yaitu pada dekade 1950-an.
Ruangan yang dulunya sebuah hall besar sekarang dibatasi sekat-sekat kayu yang sudah kusam. Sekalipun demikian sekat-sekat itu tidak membuat ruangan terlihat kecil. Bagi kami, ruangan itu tetap terasa luas.
Bu Arum kemudian membawa kami ke meja kerjanya, sebuah meja kerja sebelum komputer menjadi perangkat wajib. Meja yang tidak dialasi taplak itu menjadi tempat Bu Arum untuk menata beberapa buku akuntansi, sebuah gelas teh, dan beberapa map yang sudah lusuh.
Setelah mengambil beberapa gambar, kami pamit pergi. Di jalan Jembatan Merah yang ramai dan tidak bertrotoar itu kami berjalan melintasi sepasang patung singa. Mungkin itu kunjungan terakhir kami ke daerah itu.
Paragraf penutup dalam iklan layanan masyarakat itu seperti teriakan yang penuh kesedihan: sejarah memberikan kesaksian menembus waktu, memendarkan realitas, menghidupkan ingatan, dan memberi petunjuk kehidupan.
Di kota yang selalu memandang ke depan, sejarah tidak menjadi petunjuk apa-apa.
Kurang jelas sebenarnya apakah iklan layanan masyarakat tersebut adalah sebuah bagian dari kampanye pelestarian bangunan tua di Surabaya ataukah hanya sekedar pengisi halaman kosong. Penempatannya pun kurang sanggup meraih perhatian pembaca, karena ditempatkan di pojok kanan bawah bercampur dengan jajaran iklan baris.
0 komentar:
Posting Komentar